Perkembangan Alat-Alat Peninggalan Manusia Purba dari Zaman Kebudayaan Kapak Persegi, Kapak Lonjong dan Zaman Logam

Berikut ini akan dibahas mengenai sejarah manusia purba, manusia purba, mengenal manusia purba, alat-alat manusia purba pada zaman batu, peninggalan manusia purba, zaman batu, zaman batu baru, zaman neolitikum, kebudayaan kapak persegi, kebudayaan kapak lonjong, kapak persegi, kapak lonjong, nekara, perkembangan zaman logam, zaman logam, zaman tembaga, zaman perunggu, zaman besi, peninggalan zaman logam, bejana perunggu, peninggalan zaman perunggu, kebudayaan zaman logam, nekara perunggu.

Perkembangan Zaman Logam

Perkembangan zaman batu yang dapat dikatakan paling penting dalam kehidupan manusia adalah zaman batu baru atau neolitikum. 

Perkembangan Alat-Alat Peninggalan Manusia Purba dari Zaman Kebudayaan Kapak Persegi, Kapak Lonjong dan Zaman Logam
Kapak persegi

 Pada zaman neolitikum yang juga dapat dikatakan sebagai zaman batu muda. Pada zaman ini telah terjadi “revolusi kebudayaan”, yaitu terjadinya perubahan pola hidup manusia. 

Pola hidup food gathering digantikan dengan pola food producing. Hal ini seiring dengan terjadinya perubahan jenis pendukung kebudayannya. 

Pada zaman ini telah hidup jenis Homo sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru. Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan beternak sebagai proses untuk menghasilkan atau memproduksi bahan makanan. 

Perkembangan Alat-Alat Peninggalan Manusia Purba dari Zaman Kebudayaan Kapak Persegi, Kapak Lonjong dan Zaman Logam
Batu Asahan

Hidup bermasyarakat dengan bergotong royong mulai dikembangkan. Hasil kebudayaan yang terkenal di zaman neolitikum ini secara garis besar dibagi menjadi dua tahap perkembangan.

a. Kebudayaan Kapak Persegi

Nama kapak persegi berasal dari penyebutan oleh von Heine Geldern. Penamaan ini dikaitkan dengan bentuk alat tersebut. 

Perkembangan Alat-Alat Peninggalan Manusia Purba dari Zaman Kebudayaan Kapak Persegi, Kapak Lonjong dan Zaman Logam
Kapak persegi

Kapak persegi ini berbentuk persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Ukuran alat ini juga bermacam-macam. 

Kapak persegi yang besar sering disebut dengan beliung atau pacul (cangkul), bahkan sudah ada yang diberi tangkai sehingga persis seperti cangkul zaman sekarang. 

Sementara yang berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah. Penyebaran alat-alat ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatra, Jawa dan Bali. 

Diperkirakan sentrasentra teknologi kapak persegi ini ada di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), kemudian Pacitan-Madiun, dan di Lereng Gunung Ijen (Jawa Timur). 

Perkembangan Alat-Alat Peninggalan Manusia Purba dari Zaman Kebudayaan Kapak Persegi, Kapak Lonjong dan Zaman Logam
Gerabah

Yang menarik, di Desa Pasirkuda dekat Bogor juga ditemukan batu asahan. Kapak persegi ini cocok sebagai alat pertanian.

b. Kebudayaan Kapak Lonjong

Nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini yang berbentuk lonjong. Bentuk keseluruhan alat ini lonjong seperti bulat telur. 

Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah sehingga tajam. Kapak yang ukuran besar sering disebut walzenbeil dan yang kecil dinamakan kleinbeil. 

Penyebaran jenis kapak lonjong ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur, misalnya di daerah Papua, Seram, dan Minahasa.

Pada zaman Neolitikum, di samping berkembangnya jenis kapak batu juga ditemukan barang-barang perhiasan, seperti gelang dari batu, juga alat-alat gerabah atau tembikar.

Perkembangan Alat-Alat Peninggalan Manusia Purba dari Zaman Kebudayaan Kapak Persegi, Kapak Lonjong dan Zaman Logam
Perhiasan batu

Perlu kamu ketahui bahwa manusia purba waktu itu sudah memiliki pengetahuan tentang kualitas bebatuan untuk peralatan. 

Penemuan dari berbagai situs menunjukkan bahan yang paling sering dipergunakan adalah jenis batuan kersikan (silicified stones), seperti gamping kersikan, tufa kersikan, kalsedon, dan jasper. 

Jenis-jenis batuan ini di samping keras, sifatnya yang retas dengan pecahan yang cenderung tajam dan tipis, sehingga memudahkan pengerjaan. 

Di beberapa situs yang mengandung fosil-fosil kayu, seperti di Kali Baksoka (Jawa Timur) dan Kali Ogan (Sumatra Selatan) tampak ada upaya pemanfaatan fosil untuk bahan peralatan. 

Pada saat lingkungan tidak menyediakan bahan yang baik, ada kecenderungan untuk memanfaatkan batuan yang tersedia di sekitar hunian, walaupun kualitasnya kurang baik. 

Perkembangan Alat-Alat Peninggalan Manusia Purba dari Zaman Kebudayaan Kapak Persegi, Kapak Lonjong dan Zaman Logam
Nekara

Contoh semacam ini dapat diamati pada situs Kedunggamping di sebelah timur Pacitan, Cibaganjing di Cilacap, dan Kali Kering di Sumba yang pada umumnya menggunakan bahan andesit untuk peralatan.

c. Perkembangan Zaman Logam

Mengakhiri zaman batu masa Neolitikum maka dimulailah zaman logam. Sebagai bentuk masa perundagian. 

Zaman logam di Kepulauan Indonesia ini agak berbeda bila dibandingkan dengan yang ada di Eropa. Di Eropa zaman logam ini mengalami tiga fase, zaman tembaga, perunggu dan besi. 

Di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu merupakan fase yang sangat penting dalam sejarah. 

Beberapa contoh benda-benda kebudayaan perunggu itu antara lain: kapak corong, nekara, moko, berbagai barang perhiasan. Beberapa benda hasil kebudayaan zaman logam ini juga terkait dengan praktik keagamaan misalnya nekara.