Perbedaan Pewarisan Budaya Pada Masyarakat Tradisional dan Modern

Berikut ini akan dibahas tentang pewarisan budaya, warisan, warisan budaya, warisan kesenian pelbagai kaum, warisan kesenian pelbagai kaum, budaya warisan, warisan negara, warisan kebudayaan, langkah mengekalkan warisan budaya, perbedaan pewarisan budaya pada masyarakat tradisional dan modern, masyarakat modern, masyarakat tradisional.

Perbedaan Pewarisan Budaya Pada Masyarakat Tradisional dan Modern

Proses pewarisan kebudayaan berlangsung sejak individu masih anak-anak dan terus berlanjut hingga akhir hayatnya. 

Dengan demikian, proses tersebut berlangsung secara terus-menerus karena kebudayaan selalu berubah sehingga individu akan terus belajar untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kebudayaan tersebut. 

Di dalam proses tersebut individu yang lebih tua akan selalu mewariskan kebudayaan kepada generasi yang lebih muda. 

Sebaliknya, generasi yang lebih muda akan selalu menyeleksi kebudayaan mana yang dianggap cocok untuk dirinya. 

Dalam proses seleksi tersebut akan timbul sebuah pola penerimaan dan penyimpangan atau deviasi dalam perilaku individu.

1. Pola Pewarisan Budaya pada Masyarakat Tradisional

Dalam masyarakat tradisional di mana pola pengasuhan anak masih dibebankan kepada kedua orang tua proses pewarisan kebudayaan secara langsung akan dilakukan oleh orang tuanya. 

Pada masyarakat berbasis pertanian seorang ibu bekerja di ladang yang sambil menggendong anaknya, sedangkan anak-anaknya yang lebih besar membantunya sambil bermain di ladang. 

Apabila sang ibu tidak mampu mengasuh anaknya maka pengasuhan anak tersebut dilakukan oleh kerabatnya. 

Di dalam masyarakat pertanian pewarisan kebudayaan dalam pengertian pembelajaran tingkah laku tetap dilakukan di dalam lingkungan keluarga. 

Pola pengasuhan tersebut memberi kesempatan kepada anak yang lebih dewasa untuk ikut mengasuh adik-adiknya ketika orang tua mereka tidak bisa memenuhi tugas tersebut. 

Kebiasaan ini tetap dilakukan sehingga anak-anak di daerah pedesaan terbiasa mengendong adiknya sambil bermain. 

Contoh perilaku kepatuhan anak terhadap orang tua relatif lebih mudah ditemukan di daerah pedesaan pada saat ini karena masyarakat pedesaan yang mayoritas bekerja di sektor agraris memungkinkan mereka mendorong anak untuk mengenal sistem ekonomi pertanian dengan cara mengajak anak melakukan pekerjaan pertanian sedini mungkin. 

Di dalam aktivitas tersebut orang tua akan mengajarkan bagaimana cara-cara menanam padi, menghitung penanggalan yang tepat untuk aktivitas mengolah sawah dan menanam, dan melakukan ritual pertanian yang diadakan pada saat panen raya tiba. 

Karena sistem sosial masyarakat tradisional masih mematuhi norma dan adat istiadat maka proses pewarisan kebudayaan dilakukan dengan mengajari anak-anak sedini mungkin untuk ambil bagian dalam aktivitas pertanian secara tidak langsung.

2. Pola Pewarisan Budaya pada Masyarakat Modern

Pola pewarisan kebudayaan di perkotaan berbeda dengan pewarisan kebudayaan di pedesaan karena sistem sosial masyarakat kota berbeda dengan sistem sosial masyarakat pedesaan. 

Pola pewarisan kebudayaan masyarakat di perkotaan tidak dilakukan oleh anggota keluarga atau kerabat dekat, akan tetapi dilakukan oleh pembantu rumah tangga. 

Orang kota memiliki pembantu rumah tangga atau pengasuh anak (baby sitter) yang bertugas mengasuh anak-anak pada saat kedua orang tuanya sedang bekerja. 

Dalam pola pengasuhan tersebut, pewarisan kebudayaan tidak dilakukan oleh orang tua, melainkan oleh orang lain yang tidak memiliki relasi kekerabatan dengan anak. 

Interaksi anak dengan orang tua sangat terbatas sehingga pewarisan kebudayaan dilakukan secara minimal. Oleh karena itu, pembantu atau baby sitter akan mengajari kebiasaan seperti cara makan dan berjalan pada anak. 

Pembentukan sikap dan perilaku tersebut akan berpengaruh terhadap pola perilaku anak yang lebih ditentukan oleh proses pewarisan kebudayaan yang dilakukan oleh pembantu rumah tangga. 

Pada proses pewarisan kebudayaan dalam keluarga juga juga terjadi dalam penyebaran informasi melalui media massa. 

Selain melalui peran pembantu dan pengasuh anak, media massa seperti televisi sangat berpengaruh dalam proses pembentukan perilaku anak-anak. 

Menurut Kris Budiman, televisi berperanan sebagai penjaga anak saat orang tuanya pergi bekerja atau saat pembantu dan pengasuh anak mengerjakan tugas rumah tangga lainnya. 

Melalui tayangan-tayangan televisi, seorang anak akan belajar pola-pola perilaku yang akan ditirunya dalam kehidupan sehari-hari. 

Misalnya, perilaku anak yang suka meniru iklan atau gaya para artis dalam tayangan televisi. Media massa seperti radio, televisi, koran, majalah, dan internet dalam masyarakat perkotaan merupakan sarana yang paling efektif dalam proses pewarisan budaya. 

Media massa merupakan media sosialisasi yang paling efektif mengubah perilaku masyarakat. Selain itu, pewarisan nilai-nilai budaya juga lebih efektif dilakukan melalui media massa karena pesan yang ditayangkan media massa dapat mengarahkan perilaku positif dalam masyarakat. 

Misalnya, penayangan acara kesenian daerah dan film-film dokumentasi mengenai kehidupan suatu masyarakat tradisional di televisi.