Sejarah Asal Mula Perkembangan dan Lahirnya Ajaran Siddhartha Gautama atau Kepercayaan Agama Buddha beserta Tempat dan Kitab Suci Dalam Agama Buddha

Berikut ini akan dijelaskan mengenai perkembangan agama buddha, agama buddha, kitab suci agama buddha, ajaran buddha, ajaran agama buddha, siddhartha gautama, kitab agama budha, kitab suci budha, dewa tertinggi agama buddha, kepercayaan agama buddha, tempat suci agama buddha, lahirnya agama budha, ajaran agama budha, dewa dalam agama buddha, nama kitab suci agama buddha, asal agama budha, asal mula agama budha.

Perkembangan dan budaya Buddha

Ketika agama Hindu mengalami kemunduran, muncullah agama Buddha di India yang disiarkan oleh Siddharta Gautama.

Siddharta Gautama adalah putra Raja Suddhodana dari Kerajaan Kosala. Keluarganya termasuk golongan ksatria dan merupakan keturunan suku bangsa Sakya. Setelah memasuki masa grhasta, ia dikawinkan dengan Putri Yasodhara dan melahirkan putra bernama Rahula.

Semula ia hidup tenteram dalam kemewahan istana. Namun, setelah melakukan lawatan keluar istana, Siddharta mengalami pergulatan batin mengenai apa sebenarnya kehidupan itu. 

Ada empat hal yang disaksikannya dalam lawatannya itu sehingga mengganggu batinnya. Pertama, ia menyaksikan orang tua renta yang sudah bongkok. 

Kedua, ia menyaksikan orang menderita penyakit kusta yang sangat parah hingga tak sadarkan diri. Ketiga, ia menyaksikan mayat tengah diusung dan diiringi orang-orang yang meratapi. Keempat, ia menyaksikan fakir miskin yang berkeliling dengan kepala gundul dan berbaju kuning (saniasin). 

Setelah kegelisahannya memuncak, Siddharta pergi meninggalkan istana, mencukur rambutnya, menggunakan jubah kuning, dan bertapa tanpa bekal apa pun. 

Peristiwa ini terjadi pada tahun 524 SM, tepatnya ketika Siddharta berusia 39 tahun. Tempat pertapaannya itu dinaungi pohon bodhi. 

Pada tahun 517 SM, yaitu malam yang dikenal sebagai Malam Suci, Siddharta mendapat penerangan agung. Ia kemudian disebut Siddharta Gautama, artinya orang yang mencapai tujuan. 

Ia disebut juga Buddha Gautama, artinya orang yang menerima Bodhi, dan Sakyamuni, artinya orang bijak keturunan Sakya. 

Hari lahir, saat menerima wahyu dan hari wafatnya Siddharta jatuh pada hari dan tanggal yang sama, yaitu pada bulan Mei saat berlangsungnya purnama. Ketiga hari itu dijadikan hari suci umat Buddha, Waisak.

Ajaran Buddha ditulis dalam kitab suci Tripitaka yang berarti tiga keranjang atau tiga himpunan nikmat. Isi kitab suci Tripitaka sebagai berikut.

  1. Suttapitaka, berisikan himpunan ajaran dan khotbah Buddha. Bagian terbesar adalah percakapan antara Buddha dan beberapa orang muridnya. Di dalamnya terdapat pula kitab meditasi dan peribadatan.
  2. Winayapitaka, berisikan tata hidup setiap anggota biara (sangha).
  3. Abhidharmapitaka, ditujukan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha sebab merupakan pelajaran lanjutan.

Ada empat tempat yang dianggap suci dalam agama Buddha.

a. Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat lahirnya Siddharta (563 SM).

b. Bodhgaya, tempat Siddharta menerima wahyu Buddha.

c. Kusinagara, tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM.

d. Benares, tempat Siddharta pertama kali berkhotbah.

Ajaran Buddha seperti yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares, berisikan hal-hal berikut.

a. Aryastyani, yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida). Empat kebenaran utama, yaitu;

1) hidup adalah derita (duka) atau samsara,

2) samsara disebabkan oleh hasrat keinginan (tresna) atau tanha,

3) tresna harus dihilangkan, dan

4) cara menghilangkan tresna adalah dengan delapan jalan tengah.

Delapan jalan tengah, yaitu;

1) pengertian yang benar, 5) kerja yang benar,

2) maksud yang benar, 6) ikhtiar yang benar,

3) bicara yang benar, 7) ingatan yang benar, dan

4) laku yang benar 8) renungan yang benar.

b. Pratityasamudpada, artinya rantai sebab akibat yang terdiri atas dua belas rantai dan masing-masing merupakan sebab dari hal berikutnya.

Pada bangunan peribadatan Buddha akan kita temui stupa, yaitu bangunan berbentuk kubah yang berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung. 

Fungsi bangunan ini adalah sebagai lambang suci agama Buddha, tanda peringatan terjadinya suatu peristiwa dalam hidup Buddha, tempat penyimpanan tulang jenazah Buddha, dan tempat menyimpan benda suci.

Agama Buddha berkembang pesat di India pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja Ashoka. Raja ini pada awalnya memusuhi agama Buddha. 

Ia menciptakan “neraka Ashoka”, yaitu hukuman rebus bagi penganut Buddha. Namun, pada suatu ketika orang yang diperintahkannya untuk direbus tidak mati. 

Raja Ashoka sadar dari kekeliruannya dan masuk agama Buddha. Bahkan, ia menjadi raja yang saleh dan menetapkan agama Buddha sebagai agama negara. 

Ia pun mengajarkan Ahimsa, yaitu larangan membunuh dan melukai makhluk. Berkat raja ini, agama Buddha dapat disiarkan ke seluruh dunia. Untuk menghormati Siddharta, Raja Ashoka mendirikan monumen dengan bagian-bagian berikut.

a. Bunga saroja sebagai lambang kelahiran Siddharta.

b. Pohon bodhi (pipala) sebagai lambang penerangan agung.

c. Jantera sebagai lambang memulai pengajaran.

d. Stupa sebagai lambang kematian.