Perencanaan Pembangunan, Pusat-Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pembangunan di Indonesia

Berikut ini akan dibahas mengenai perencanaan pembangunan wilayah, perencanaan pembangunan, perencanaan pembangunan daerah, pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia, pusat pusat pertumbuhan di indonesia, wilayah pembangunan.

Pusat Pertumbuhan

Pengertian Pusat Pertumbuhan

Pusat pertumbuhan ialah wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga karena kepesatannya itu dijadikan sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi kawasan-kawasan lain di sekitarnya. 

Dengan adanya kawasan-kawasan yang dijadikan pusat pertumbuhan itu, diharapkan kawasan-kawasan di sekitarnya turut terpengaruh dan terpicu untuk maju.

Beberapa contoh kawasan yang merupakan pusat pertumbuhan, antara lain kota Jakarta – Bogor – Tangerang – Bekasi atau Jabotabek, pusat industri Batam, segitiga pertumbuhan Singapura – Johor – Riau atau segitiga SIJORI, dan sebagainya.

Konsep-konsep Pusat Pertumbuhan

Water Christaller (dalam Nurmala Dewi, 1997), ahli geografi berkebangsaan Jerman, mengatakan bahwa sebagai kawasan yang berpengaruh luas terhadap wilayah-wilayah di sekitarnya, pusat pertumbuhan dapat dicitrakan dengan titik-titik simpul yang berbentuk geometris heksagonal (segi enam). 

Wilayah segi enam itu merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya terlayani oleh tempat sentral yang bersangkutan. Tempat-tempat sentral yang dimaksud dapat berupa pusat-pusat perbelanjaan, kota, atau pun pusat-pusat kegiatan lainnya. 

Oleh tempat-tempat sentral itu, wilayah atau tempat-tempat lain di sekitarnya akan tertarik. Misalnya, ibukota provinsi dapat menarik beberapa kota atau ibukota kabupaten, ibukota kabupaten menarik beberapa kecamatan, dan seterusnya secara hierarkis. 

Ditinjau dari luas kawasan pengaruhnya, hierarki sentral dibedakan atas: (1) tempat sentral berhierarki tiga (k = 3), (2) tempat sentral berhierarki empat (k = 4), dan (3) tempat sentral berhierarki tujuh (k = 7).

Wilayah Pembangunan

Pengembangan suatu wilayah di Indonesia diarahkan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang ada. Bila potensi dan kemampuan wilayah-wilayah itu meningkat, maka strategi pengembangannya pun turut berubah pula. 

Sebagai contoh, pada Pelita II, terdapat empat wilayah yang ditunjuk sebagai pusat pembangunan utama. Keempat wilayah pembangunan utama tersebut adalah:

  1. wilayah pembangunan utama A, dengan pusat utama Medan,
  2. wilayah pembangunan utama B, dengan pusat utama Jakarta,
  3. wilayah pembangunan utama C, dengan pusat utama Surabaya,
  4. wilayah pembangunan utama D, dengan pusat utama Ujungpandang.

Seiring dengan kemajuan yang diraih dalam setiap tahapnya, maka pada Pelita IV pusat pembangunan utama berkembang menjadi lima buah. 

Wilayah Pembangunan Utama D dipecah menjadi Wilayah Pembangunan Utama D dan Wilayah Pembangunan Utama E, dengan pusat utama Ambon.

Yang berkembang bukan hanya pusat dan wilayah utama, melainkan juga pusat pembangunan yang ada pun turut bergeser dan berkembang pula. 

Dalam Pelita II, misalnya, di Sumatra Barat hanya terdapat tiga pusat pembangunan, yaitu Padang, Bukit tinggi, dan Sawahlunto. 

Dalam Pelita IV, berkembang menjadi lima pusat pembangunan, menjadi Padang, Bukit tinggi, Lubuk Sikaping, Solok, dan Sikakap.

Lebih rinci lagi, kelima wilayah pembangunan utama pada Pelita IV itu adalah sebagai berikut.

1) Wilayah Pembangunan Utama A dengan pusat pertumbuhan utama adalah kota Medan.

Wilayah ini meliputi:

  • Wilayah Pembangunan I, yang terdiri dari provinsi Aceh dan Sumatra Selatan, pusatnya di Medan.
  • Wilayah Pembangunan II, yang terdiri dari provinsi Sumatra Barat dan Riau, pusatnya di Pekan Baru.

2) Wilayah Pembangunan Utama B, dengan pusat pertumbuhan utama adalah kota Jakarta.


Wilayah ini meliputi:

  • Wilayah Pembangunan III, yang terdiri dari provinsi Jambi, Sumatra Selatan, dan Bengkulu, pusatnya di Palembang.
  • Wilayah Pembangunan IV, yang terdiri dari provinsi Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta, pusatnya di Jakarta.
  • Wilayah Pembangunan V, yang meliputi provinsi Kalimantan Barat, pusatnya di Pontianak.

3) Wilayah Pembangunan Utama C, dengan pusat pertumbuhan utama adalah kota Surabaya.

Wilayah ini meliputi:

  • Wilayah Pembangunan VI, yang terdiri dari provinsi Jawa Timur dan Bali, pusatnya di Surabaya.
  • Wilayah Pembangunan VII, yang terdiri dari provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, pusatnya di Balikpapan dan Samarinda.

4) Wilayah Pembangunan Utama D, dengan pusat pertumbuhan utama adalah kota Ujungpandang.


Wilayah ini meliputi:

  • Wilayah Pembangunan VIII, yang terdiri dari provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara, pusatnya di Ujungpandang.
  • Wilayah Pembangunan IX, yang terdiri dari provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, pusatnya di Manado.

5) Wilayah Pembangunan Utama F, dengan pusat pertumbuhan utama adalah Ambon.


Wilayah ini termasuk ke dalam Wilayah Pembangunan X, yang terdiri dari provinsi Maluku dan Papua.

Beberapa Pengaruh Pusat Pertumbuhan

Dengan adanya pusat-pusat pertumbuhan itu, ternyata memberikan pengaruh dan manfaat bagi manusia dalam segala aspek kehidupannya. Pengaruh-pengaruh dan manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1) Pengaruh terhadap pemusatan dan persebaran sumber daya, antara lain:

  • pola mobilitas penduduk meningkat,
  • teknologi dan transportasi semakin meninggi.

2) Pengaruh terhadap perkembangan ekonomi, antara lain:

  • meningkatkan kondisi ekonomi penduduk sehingga kesejahteraan dan kualitas hidupnya lebih baik,
  • menjadikannya sebagai pusat perdagangan.

3) Pengaruh terhadap perubahan sosial budaya masyarakat, antara lain:

  • pendidikan penduduk semakin meningkat,
  • masuknya budaya asing atau budaya luar sehingga timbulnya asimilasi budaya di masyarakat.