Perkembangan serta Macam-Macam Jenis dan Bentuk Seni Rupa di Indonesia

Artikel ini akan membahas mengenai perkembangan seni di indonesia, jenis kesenian di indonesia, jenis kesenian indonesia, seni rupa, macam macam seni rupa di indonesia, seni lukis, seni patung, seni arsitektur, seni patung di indonesia, seni arsitektur di indonesia.

Jenis Kesenian di Indonesia

Apakah kalian pernah menyaksikan pertunjukan wayang kulit atau pameran lukisan? Kalian tentunya senang sekali menyaksikan hasil karya seni karena selain mendapat hiburan, kalian juga mendapatkan

pengalaman dan pengetahuan baru yang bermanfaat. 

Kemudian apa hubungan seni dengan Antropologi? Menurut William A. Haviland (1999), Para ahli Antropologi berpendapat bahwa seni mencerminkan nilai-nilai kebudayaan dan perhatian rakyat. 

Melalui seni, dapat diketahui bagaimana suatu bangsa mengatur dunianya, dan sekaligus mengetahui sejarahnya. Bagi Antropologi, kesenian merupakan gejala kebudayaan. 

Dalam Antropologi, kita mempelajari kesenian dengan cara menyusun katalogus, memotret, mencatat dan mendeskripsikan semua bentuk kegiatan imajinatif yang mungkin terdapat dalam suatu kebudayaan tertentu.

Seni memiliki banyak cabang, yaitu seni rupa, seni kriya, seni sastra dan seni pertunjukan, semuanya itu dikaji dalam Antropologi sebagai gejala kebudayaan. 

Semua cabang seni itu dapat digunakan sebagai sarana untuk memahami bagaimana pemiliknya memandang dunia, dan sejarah kehidupan pemiliknya.

Pada awalnya seni memiliki tujuan yang berguna dan praktis dalam kehidupan manusia. Contohnya, adalah pada zaman orang masih akrab dengan perahu layar, lagu tentang laut mempunyai tujuan yang sangat bermanfaat dan praktis. 

Lagu-lagu itu menentukan irama (ritme) yang tepat untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu di perahu disamping sebagai hiburan yang menghilangkan kejenuhan dan membangkitkan semangat hidup. 

Pada zaman sekarang ini, tujuan seni yang bersifat menghibur lebih dominan dari tujuan yang bersifat praktis. Banyak orang menyanyikan lagu tentang laut hanya sebagai sarana hiburan untuk menghilangkan rasa bosan dan kejenuhan.

Mempelajari seni Indonesia berarti kita mempelajari kebudayaan Indonesia untuk mengetahui bagaimana bangsa Indonesia memandang dunia dan bagaimana sejarah perjanan hidup bangsa Indonesia itu sendiri.

Tugu-tugu berisi patung manusia yang biasanya terdapat di kota-kota Indonesia, tidak diadakan hanya untuk sebagai alat hiburan, tetapi untuk menunjukkan bagaimana masyarakat Indonesia memahami dunia ini.

Tani nelayan dan petani mengandung nilai-nilai hidup petani dan nelayan, misalnya giat bekerja, pantang menyerah dan bekerjasama. Setiap seni sesungguhnya mencerminkan nilai kehidupan yang dianut pemiliknya.

Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan universal. Di mana ada masyarakat di situ ada kesenian. Setiap masyarakat pasti memiliki kesenian. Setiap suku bangsa di dunia memiliki sistem kesenian. Umumnya bagi orang Indonesia, kebudayaan adalah kesenian. 

Menurut Koentjaraningrat (1999), kebudayaan dalam arti kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya (yaitu penglihat, penghidung, pengecap, perasa, dan pendengar).

Koentjaraningrat (1999) mengelompokkan seni menjadi beberapa bagian. Menurutnya; berdasarkan indera penglihatan manusia, maka kesenian dapat dibagi sebagai berikut: 

(1) Seni Rupa, yang terdiri dari (a) seni patung dengan bahan batu dan kayu (b) seni menggambar dengan media pensil dan crayon (c) seni menggambar dengan media cat minyak dan cat air; (2) Seni Pertunjukan yang terdiri dari (a) seni tari, (b) seni drama, dan (c) seni sandiwara. 

Dalam seni pertunjukan, indera pendengaran sebenarnya juga turut berperan, oleh karena di dalamnya diolah pula berbagai efek suara dan musik untuk menghidupkan suasana.

Berdasarkan indera pendengaran manusia, maka kesenian dibagi ke dalam: (1) Seni musik, (termasuk seni musik tradisional), dan (2) Seni kasusastraan. 

Cabang kesenian yang tersebut terakhir ini juga termasuk dalam bagian ini karena dapat pula dinikmati dan dinilai keindahannya melalui pendengaran (yaitu melalui pembacaan prosa dan puisi). Edi Sedyawati (2006), mengelompokkan seni menjadi :

  • Seni Rupa meliputi gambar, patung, tekstil, keramik, dan lain-lain
  • Seni Pertunjukan meliputi musik, tari, dan teater dalam segala bentuknya
  • Seni Sastra meliputi prosa dan puisi; lisan dan tertulis, dan
  • Seni Media Rekam.

Seni Rupa

Menurut kalian apa yang dimaksud dengan seni rupa? Seni rupa adalah hasil seni yang berupa visual yang diciptakan oleh manusia dalam berbagai media. 

Di Indonesia bentuk seni rupa sangat beragam sesuai dengan kebhinekaan masyarakatnya. Secara umum bentuk seni rupa yang di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Seni Lukis

Seni lukis adalah suatu hasil seni rupa dua dimensi yang dilakukan dengan menciptakan suatu keadaan atau khayalan ke bidang datar melalui garis-garis dan warna.

Perkembangan seni lukis sejalan dengan tingkat peradaban umat manusia. Semakin maju tingkat peradaban manusia maka semakin maju atau baik pula tingkat (kualitas) lukis. 

Seni lukis telah mengalami evolusi secara terus menerus, dari bentuk sederhana ke bentuk yang semakin baik dari waktu ke waktu. Dari kualitas seni lukis yang rendah ke kualitas yang tinggi. 

Dan akhirnya, seni lukis sampai pada bentuk dan kualitas yang sangat sempurna (maju) seperti karya-karya lukis yang dihasilkan oleh seniman-seniman pada abad modern ini.

Tema seni lukis pun bergerak seiring dengan kemajuan peradaban manusia yang pada akhirnya menyebabkan perubahan tema maupun obyek-obyek lukisan. 

Pada tipe masyarakat berburu dan meramu, tema-tema lukisan didominasi oleh masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan berburu dan meramu. Contohnya, lukisan mengenai binatang buruan, lukisan mengenai orang yang sedang berburu, dan sebagainya. 

Pada tipe masyarakat bercocok tanam, tema-tema seni lukis didominasi oleh peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan bercocok tanam. Contohnya, lukisan mengenai hamparan padi yang sedang menguning, pesta panen, dan sebagainya. 

Pada tipe masyarakat kota dan metropolitan, tema-tema seni lukis didominasi oleh kehidupan kota dan metropolitan. Contohnya, lukisan mengenai kehidupan kota yang sangat sibuk. Lukisan mengenai gedung-gedung bertingkat pencakar langit, dan sebagainya. 

Seni lukis tumbuh dan berkembang menurut zamannya. Pada zaman Hindu-Budha, seni lukis mengekspresikan tema-tema yang berhubungan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Hindu-Budha. Pada zaman Islam (madya), seni lukis mengekspresikan tema-tema mengenai nilai-nilai Islam.

Demikian seterusnya hingga zaman baru dan zaman modern, seni lukis mengekspresikan nilai-nilai zamannya. Perkembangan seni lukis tidak hanya sebatas tema saja, tetapi juga menyentuh hingga bahan-bahan lukisan yang digunakan.

Dari hasil perkembangan seni lukis dari dahulu hingga sekarang, manusia mengenal berbagai jenis seni lukis. Menurut bahan dan teknik pembuatannya, seni lukis dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1) Lukisan cat minyak

2) Lukisan cat air

3) Lukisan orang

4) Lukisan kapur berwarna

5) Lukisan Al fresco atau fresco

6) Lukisan tempera

7) Lukisan encaustis

8) Lukisan mozaik

9) Lukisan azalejo.

Menurut alirannya, seni lukis dibedakan menjadi lukisan yang beraliran :

1) Naturalis

2) Realis

3) Impresionis

4) Ekspresionis

5) Kubisme

6) Futuristis

7) Surealis

8) Bebas (abstrak).

b. Seni Patung

Menurut William A. Haviland (1999), dalam arti yang seluas-luasnya seni patung adalah seni berdimensi tiga. Setiap produk imajinasi kreatif yang tiga dimensi dapat disebut sebuah patung. 

Sebuah pisau upacara, belanga yang berhias, kecapi buatan tangan, gapura hias, monumen kuburan, atau bangunan umum mengandung pokok-pokok artistik yang sama dengan patung. Indonesia memiliki contoh patung yang beragam. 

Sumber sebagian besar patung-patung itu diperkirakan berasal dari masa dan tradisi Megalitik. Pada umumnya patung diwujudkan dalam relief lembut, tangan yang melengkung ke daerah perut seperti untuk melindungi sesuatu. 

Wajah hanya terdiri dari atas hidung dan mata, dengan mulut yang dihilangkan. Contoh patung seperti itu ditemukan di Lembah Bada Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Nias. 

Sampai saat ini belum diketahui apa tujuan semula pembuatan patung ini, diperkirakan dibuat pada akhir abad ke –14. (Disarikan dari Indonesian Heritage, jilid 7).

Seiring dengan masuk dan diterimanya agama Hindu-Budha, terbawa pula unsur-unsur kebudayaan India yang sangat mempengaruhi seni patung pada masa itu. 

Bentuk patung didominasi oleh pengaruh India berupa garis lengkung dan bidang cembung yang menggambarkan alam semesta yang berombak dan melambai. Contohnya, jenis patung yang dapat ditemukan pada patung Hindu Wisnu di Cibuaya, Jawa Barat. 

Patung-patung masa ini sangat kental dengan ragam hias Hindu Budha, seperti padma, swastika dan kinnara. Padma melambangkan tempat duduk dewa tertinggi, terbentuknya alam semesta, kelahiran Budha, kebenaran utama, tempat kekuatan hayati dan suci serta rasa kasih. 

Swastika melambangkan daya dan keselarasan jagad raya. Kinnara melambangkan makhluk manusia setengah burung, yang merupakan anggota dari kelompok dewa penghubi langit. (Disarikan dari Indonesian Heritage, jilid 7).

Penyebaran dan masuknya agama Islam di Indonesia membawa pengaruh yang sangat besar pada seni rupa Indonesia. Pada masa ini, perkembangan seni beralih ke wayang golek, wayang kulit, wayang beber, dan seni kaligrafi. 

Berbagai ragam jenis seni itu digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam dengan tema-tema yang kental dengan nilai-nilai Islam. Kaligrafi Islam di Indonesia menjadi unsur penting dalam seni hias Islam. 

Kaligrafi terdapat pada benda-benda upacara yang ada di istana-istana tua, seperti belati, tombak, pedang dan panji-panji. Kaligrafi sering juga tampak pada lukisan kaca dan dan ukiran kayu yang membentuk beberapa unsur hiasan istana. 

Sepertinya budaya China dan Eropa tidak begitu mempengaruhi perkembangan seni patung di Indonesia. Sementara pada seni hias Indonesia ditemui juga adanya pengaruh budaya China. 

Pada saat ini seni patung dan seni hias berkembang sesuai dengan selera masyarakat yang sangat beraneka ragam. Bahkan seniman patung dan seniman hias adalah orang yang menjadikan seni patung dan hias sebagai mata pencahariannya. 

Pada saat ini hampir di setiap kota dapat ditemukan patung sebagai simbol kota itu, di lain pihak seni hias juga berkembang pada batik dan berbagai perabotan rumah tangga lainnya, sehingga menjadi bahan komiditi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

c. Seni Arsitektur

Seperti halnya dengan seni lainnya, seni arsitektur atau bangunan juga berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan peradaban umat manusia. Pada zaman batu, seni arsitektur yang berkembang pada umumnya adalah seni arsitektur yang terbuat (berasal) dari batu. 

Pada zaman Megalithikum Tua, berkembang seni arsitektur bangunan tua-tua besar, dengan sifat khas kasar dan masif. Contoh seni arsitektur dari zaman Megalithikum diantaranya adalah menhir, dolmen, serta punden berundak. 

Bergerak menuju masa Megalitikum Muda, perkembangan seni arsitektur bersifat lebih halus, contohnya, adalah bangunan-bangunan sarchovagus (keranda jenasah), kubur batu, serta sejumlah arca-arca megalitik. 

Seni arsitektur pada candi-candi berkembang pada masa Hindu-Budha, sebagai hasil perpaduan pengaruh India dan Indonesia asli. Contohnya, adalah Candi Borobudur di Jawa Tengah, serta candi Jago di Jawa Timur, yang mana keduanya disusun dalam bentuk merebah seperti punden berundak. 

Corak dan gaya seni arsitektur gaya Hindu-Budha ini terus bertahan pada masa Islam. Buktinya adalah bangunan Masjid dibentuk dengan model atap tumpang (bertingkat) seperti bentuk Meru pada candi-candi Hindu, sedangkan dalam agama Hindu Meru adalah tempat bersemayamnya para dewa; Masjid Agung Cirebon, Masjid Katangka di Sulawesi, Masjid Angke di Jakarta, Masjid Agung Demak, serta yang bertingkat lima adalah Masjid Agung Banten.

Perkembangan selanjutnya seni arsitektur hingga saat ini sangat didominasi dan dipengaruhi oleh arsitektur Eropa (Barat). Kehadiran arsitektur barat di Indonesia bermula dari kehadiran bangsa Belanda di Indonesia yang kemudian membawa gaya-gaya bangunan Barat ke Indonesia dan memadukannya dengan arsitektur tradisional Indonesia.

Pengaruh arsitektur Barat, khususnya Belanda dapat ditemukan pada berbagai bangunan bersejarah dan rumah di Indonesia. Contohnya, adalah ubin, jendela kaca timah, dan atap kaca serta teralis besi yang ditempa yang dipadukan dengan arsitektur tradisional.