Peran Indonesia Sebagai Anggota PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

Indonesia masuk anggota PBB tanggal 28 September 1950 yang tercatat menjadi anggota ke-60. Tetapi Indonesia pernah keluar dari anggota PBB.

Pada tanggal 28 Desember 1966 secara resmi Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB. Masuknya kembali Indonesia menjadi anggota PBB disambut baik oleh sejumlah negara terutama dari Asia.

Di PBB inilah bangsa Indonesia memperjuangkan negara-negara yang belum merdeka dan aktif ikut serta menciptakan perdamaian dunia dengan dikirimnya pasukan perdamian PBB dari Indonesia seperti Pasukan Garuda untuk perdamaian Kamboja, Timur Tengah, dan sebagainya.

Adapun tujuan didirikannya Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah:

  1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional/dunia.
  2. Mengembangkan hubungan-hubungan persaudaraan antarbangsa.
  3. Bekerja sama secara internasional untuk memecahkan persoalan-persoalan ekonomi internasional, sosial, kebudayaan dan kemanusiaan, dan untuk memajukan rasa hormat untuk hak-hak manusia dan kemerdekaan-kemerdekaan asasi.
  4. Untuk menjadi pusat bagi persesuaian tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam usaha mencapai tujuan bersama.

Setelah Perang Dunia II banyak negara Asia Afrika yang merdeka seperti Indonesia, Libia, Burma, Srilanka, Vietnam, Pakistan, India, dan Filipina. 

Tetapi masih banyak juga yang belum merdeka. Bangsa Asia Afrika masa lalunya sangat menderita karena penjajahan bangsa lain.

Banyak negara-negara Asia Afrika yang berpandangan sama atas situasi dunia saat itu. Terasa betul adanya “perang dingin“ antara Amerika Serikat dengan Uni Sovyet. 

Bangsa-bangsa Asia Afrika memandang bahwa “perang dingin“ itu sebagai ancaman bagi perdamaian dunia, maka pada bulan Desember 1954 tercapai kesepakatan antara lima negara Asia untuk menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan pada tanggal 18–25 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung. 

Pemrakarsa KAA adalah Indonesia diwakili oleh PM Mr. Ali Sastroamijoyo; India diwakili oleh PM Jawaharlal Nehru; PM Pakistan oleh Mohammad Ali; PM Srilanka Sir John Kotelawala, dan PM Burma oleh U Nu.

Tujuan diadakan KAA antara lain:

  1. Memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika dalam bidang ekonomi dan sosial budaya.
  2. Memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme.
  3. Memperbesar peranan Asia Afrika di dunia dalam mengusahakan perdamaian dunia.

Konferensi Asia Afrika menghasilkan dokumen bersejarah dengan nama Dasasila Bandung yang berisi prinsip-prinsip hubungan internasional dalam rangka memelihara dan memajukan perdamian dunia. Prinsip-prinsip itu adalah:

  1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB.
  2. Menghormati kedaulatan dan integritas semua bangsa
  3. Mengakui persamaan ras dan persamaan bangsa, baik besar maupun kecil.
  4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalsoal dalam negeri negara lain.
  5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB.
  6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar. 
  7. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
  8. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
  9. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai seperti perundingan, persetujuan. Abritase atau penyelesaian hukum atau cara damai lain-lain lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan yang sesuai dengan Piagam PBB.
  10. Memajukan kepentingan bersama dan bekerja sama.
  11. Menghormati hukum dan kewajiban internasional.

Dengan hasil keputusan dan prinsip-prinsip Konferensi Asia Afrika telah mempengaruhi situasi politik dunia saat itu antara lain:

  1. Ketegangan dunia semakin berkurang.
  2. Perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika demi kemerdekaannya semakin meningkat.
  3. Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan rasdiskrimasi di negaranya.
  4. Politik bebas aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Burma, dan Srilanka mulai diikuti oleh negara-negara lain yang tidak termasuk Blok Barat dan Blok Timur.
  5. Belanda kesulitan dalam menghadapi negara-negara Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, negara Asia Afrika mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat.
  6. Diselenggarakan konferensi-konferensi berbagai golongan masyarakat Asia Afrika, antara lain 1) Konferensi Ahli Hukum Asia Afrika di Tokyo tahun 1961; 2) Konferensi Pengarang Asia Afrika di Kolombo tahun 1962; 3) Konferensi Wartawan Asia Afrika di Jakarta tahun 1963 dan 4) Konferensi Islam Asia Afrika di Bandung tahun 1965.